Selasa, 24 Desember 2024

Tingkatkan Kapasitas Petani Swadaya, Musim Mas Group Laksanakan Program BIPOSC

Hendrik Hutabarat - Selasa, 12 November 2024 11:53 WIB
Tingkatkan Kapasitas Petani Swadaya, Musim Mas Group Laksanakan Program BIPOSC
Tangkapan Layar
Program BIPOSC dilaksanakan Musim Mas Group demi meningkatkan kapasitas dan kesejahteraan para petani sawit.

Jakarta, asatupro.com –Demi meningkatkan kapasitas petani sawit swadaya di Kabupaten Labuhanbatu, Provinsi Sumatera Utara (Sumut), Musim Mas Group melaksanakan program Biodiverse & Inclusive Palm Oil Supply Chain(BIPOSC).

Program tersebut, seperti keterangan resmi yang dikutip asatupro.com, Selasa (12/11/2024), mengaplikasikan model perkebunan yang regeneratif atau berkesinambungan.

Program BIPOSC dijalankan oleh Musim Mas Group, bersamaLivelihoods Fund for Family Farming(L3F), Organisasi Pembangunan Belanda atau Stichting Nederlandse Vrijwilligers (SNV) Indonesia, dan Pusat Penelitian Agroforestri Internasional atau International Centre for Research in Agroforestry (ICRAF).

Sebagai informasi awal, pada tahun 2023, para pekebun swadaya mengelola sekitar 41 persen dari total area perkebunan kelapa sawit di Indonesia yang mencakup 6,77 juta Ha

Baca Juga:

Angka ini diperkirakan akan terus meningkat hingga 60 persen pada tahun 2030, sehingga program seperti BIPOSC menjadi sangat penting dalam membentuk masa depan produksi minyak sawit berkelanjutan.

Sesungguhnya, kata Rob Nicholls selakuGeneral Manager (GM) Project & Program Musim Mas Group, kolaborasi yang terbangun lebih bersifat jangka panjang dan telah dimulai pada tahun 2021.

"Serta kemudian diimplementasikan kepada para pekebun swadaya yang ada di Kabupaten Labuhanbatu," kata dia

Baca Juga:

Rob Nicholls mengatakan, BIPOSC bertujuan mencapai rantai pasok minyak kelapa sawit berkelanjutan melalui penerapan praktik perkebunan regeneratif, model agroforestri yang diadaptasi secara lokal, dan perlindungan ekosistem.

Lalu, sambungnya lagi, pada akhirnya semuanya itu juga diharapkan mampu menjadi solusi menciptakan rantai pasok minyak kelapa sawit bebas deforestasi.

Dalam pelaksanaannya, ungkap Rob Nicholls, BIPOSC mengadopsi praktik yang sudah distandarkan dan bersifat non-profit dengan target para pekebun swadaya kelapa sawit yang bernaung di bawah Asosiasi Pekebun Swadaya Kelapa Sawit Labuhanbatu (APSKS LB).

Ia mengatakan, APSKS LB merupakan salah satu asosiasi yang dibina oleh Musim Mas dengan tujuan mendorong pekebun mendapatkan akses pasar dan sertifikasi dariRoundtable on Sustainable Palm Oil(RSPO) danIndonesian Sustainanable Palm Oil(ISPO).

"Bagi Musim Mas, pekebun swadaya merupakan kunci untuk masa depan industri kelapa sawit berkelanjutan. Kami telah memiliki program pemberdayaan pekebun swadaya terbesar di Indonesia yang dimulai sejak 2015," kata Rob Nicholls.

'Namun kami percaya, bahwa kolaborasi dengan banyak pihak dapat memberikan dampak positif yang lebih luas," tutur Rob Nicholls lebih lanjut.

Ia menjelaskan, kolaborasi bersama L3F, SNV Indonesia, dan ICRAF diharapkan dapat meningkatkan kapasitas pekebun swadaya, khususnya kemampuan teknis pengelolaan lahan serta alternatif pendapatan.

"Dengan tujuan untuk mencapai keberlanjutan pada rantai pasok kelapa sawit yang kaya akan keanekaragaman hayati dan bersifat inklusif," ujar Rob Nicholls.

Perkebunan regeneratif, ia menambahkan, menjadi penting terkait isu perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati.

Karena praktik perkebunan ini, sambung Rob Nicholls, memiliki prinsip untuk meningkatkan kesehatan tanah dan keanekaragaman hayati, serta mengurangi erosi tanah, limpasan air, emisi gas rumah kaca dan kebocoran nitrogen.

Sementara itu Rizki Pandu Permana selaku Country DirectorSNV di Indonesia mengatakan, sebagai organisasi mitra pembangunan global, SNV mendukung Pemeritah Indonesia memenuhi target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals(SDGs).

Untuk mencapai hal tersebut, pihaknya melaksanakan program yang efektif dan berdampak luas untuk transformasi di sektor pertanian dan pangan, energi, serta air.

Dalam program BIPOSC, pihaknya menerapkan perkebunan regeneratif dan model agroforestri secara komprehensif, sehingga kesuburan dan keanekaragaman hayati tanah dapat terus terjaga.

"Dan bermanfaat besar bagi perekonomian dan kehidupan pekebun," ujar Rizki Pandu Permana melanjutkan.

Bernard Giraud,Co-founder and President of the Livelihoods, menjelaskan, pendekatan yang dilakukan dalam program BIPOSC adalah melalui pelatihanBest Management Practices (BMP)perkebunan regeneratif.

Seperti, kata dia, pengaplikasianbio input; penerapan teknik mulsa (penyusunan pelepah); penanamancover crop; pengendalian hama terpadu; serta pengaplikasian pupuk kompos.

Hingga saat ini, ujarnya, sebanyak 1.097 pekebun swadaya telah mendapat pelatihan dan telah diterapkan di lahan perkebunan mereka dengan total luas 1.954,41 hektar (Ha).

Ia menjelaskan, sebanyak 25 fasilitator desa telah dipersiapkan untuk memberikan pendampingan kepada pekebun, serta tujuh plot demo telah didirikan sebagai lahan percontohan serta fasilitas pembelajaran untuk perkebunan regeneratif.

"Saat mengunjungi pekebun kelapa sawit beberapa tahun lalu, mereka menyampaikan kekhawatiran terbesar terkait akses pupuk," ungkap Bernard Giraud.

Ia menjelaskan, meskipun pupuk berperan penting dalam meningkatkan hasil panen, namun masih terdapat ketimpangan pemahaman terkait cara melindungi lahan dari degradasi jangka panjang.

"Para pekebun swadaya membutuhkan peningkatan pengetahuan tentang menjaga kesehatan dan struktur tanah, serta faktor penting lainnya," kata dia lagi.

"Inilah yang ingin diatasi oleh proyek BIPOSC, dan kami senang melihat para pekebun yang terlibat melaporkan tidak hanya hasil panen yang lebih tinggi, tetapi juga tanah yang lebih sehat pada lahan mereka saat ini," beber Bernard Giraud.

Syahrianto sebagai Ketua APSKB LB menjelaskan, di samping memberikan pelatihan, program BIPOSC juga melakukan pendampingan untuk peningkatan kapasitas institusi.

"Satuunit pengomposan atau composting unitdengan kapasitas 100-150 ton per bulan telah didirikan, dan dikelola secara langsung oleh APSKS LB," ungkap Syahrianto.

Dengan model bisnis yang dijalankan,ia menjelaskan bahwa composting unitini dapat memproduksi pupuk kompos dengan harga yang lebih terjangkau hingga setengah dari harga pasar.

Bayangkan, kata dia, di tahun pertama beroperasi pada 2023, sebanyak 588 ton pupuk kompos telah berhasil diproduksi dan dipasarkan.

"Sehingga pada akhirnya menghasilkan keuntungan sebesar Rp 421 Juta. Ke depan,composting unitdirencanakan untuk direplika atau ditiru di beberapa lokasi lainnya," ujarnya

Dia mengakui kalau salah satu dampak positif sudah dapat dinikmati para pekebun swadaya anggota APSKS LB adalah terbangunnyacomposting unit.

Apalagi dengan harga yang lebih terjangkau serta sistem bagi hasil yang diterapkan, Syahrianto bilang, hal itu telah mendorong para pekebun swadaya melakukan pemupukan dengan pupuk kompos.

"Saat ini, seluruh pekebun swadaya anggota ASPKSLB telah menggunakan pupuk kompos di kebun mereka," tegas Syahrianto.

Sumber
:
Editor
: Hendrik Hutabarat
SHARE:
Tags
beritaTerkait
Ada Tujuan Mulia yang Menjadi Latar Belakang Agenda Pelatihan yang Digelar Diklatsi IPS di Kampus UISU
Nasib Ribuan Petani Sawit Babak Belur, Netap Ginting Minta BPBD Aceh Lakukan Ini
Banjir Dongkrak Harga CPO pada Tender PT KPBN Periode 29 November 2024, tapi Begini Nasib Petani Sawit
Temui TRK-Sayang, Sekwil Apkasindo Aceh Boyong Petani Sawit
Usai Pilkada, Meroket Lagi Harga CPO Hasil Tender PT KPBN Periode 28 November 2024
Sehari Jelang Pilkada Serentak, Naik Rp 201 Harga CPO Hasil Tender PT KPBN Periode 26 November 2024
komentar
beritaTerbaru